Breaking Up Is Hard To Do  

Posted by t.e.a

Well, ok, mungkin judul itu memang harus diralat menjadi: Breaking Up Is Easy To Do...

Semuanya berawal dari ngobrol-ngobrol biasa antar perempuan di pagi hari yang dingin, di kantor. Berawal dari obrolan ringan menjurus ke menggerutu mengenai; kenapa tanggal 1 bgini galeri mesti buka???(!), haduuuh kok ada customer sih ujan-ujan begini, sampai akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Mba Dhita...

"Si Brunei ngucapin selamat tahun baru gak, Res?"

Saya yang sedari tadi setengah serius mengerjakan sharbox (setengah serius karena kedua indera pendengaran dan mulut Saya mendengar dan ikut menimpali obrolan-obrolan ringan antara Mba Dhita, Mba Lies, dan tentunya juga Saya), serta merta menoleh ke arah Mba Dhita.

"Enggak, Mba... kan aku udah gak sama dia lagi"

Entah kenapa kalimat yang terakhir itu meluncur ringan dari mulut Saya. Padahal kan cukup saja Saya bilang "Enggak, Mba".

Phew...

"Hah??!! Kenapa, Neng?" Raut wajah terkejut terlukis di wajah Mba Dhita dan Mba Lies.

"Ih, Resti, mah.." ujar Mba Lies, pendek.

Kenapa, kenapa, dan kenapa..... Kata tanya itu, yang dalam konteks kasus Saya ini, menjadi kata tanya maut karena Saya tidak bisa memberi tahukan alasannya kenapa. Alasannya tidak se simple itu. Dan Saya pun tidak bisa mengarang alasan lain untuk mengganti alasan yang sebenarnya.

"Ceritanya panjang, Mba, sampai kahirnya napa bisa putus begini" Hanya kalimat itu yang bisa Saya berikan.

Sebenarnya Saya tidak mau posting tentang hal ini, tapi entah mengapa Saya malah memposting topik ini. Saya gak ngerti. Sama gak ngertinya kenapa Saya memutuskan dia...


This entry was posted on 11:30 AM . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

0 comments