I thought you were close
then I tried to reach for you
but then you turned to something cryptic
it was a weird one
I held my tears
but I found no peace
I saw you there
with that happy face
you were the limelight
while I was a lame joke
I saw you there
in a muddle mind
ku tak yakin lagi waktu memiliki jiwa dan hati
meranggas keyakinan ku kini
goyah kurasa cintaku ini
Ruangku dipenuhi harap
bertahan ku mendayung di tengah gelora
aku tersenyum pada waktu
berharap ia memberi cahaya itu
Aku sadar
ku tak mampu memenuhi langit kita dengan bintang terakhir
mungkin kau bisa menunggu
tapi aku...
Karena waktu tak memiliki hati
ia terus berjalan
gundah gulana ku
air mata ku
penantian ku
waktu tak peduli
ia kan terus berjalan
berlalu membuat semua menjadi sejarah
Aku
pada sisi lain dinding kelam
melukis cahaya
menggunakan cat air warna kelabu
copyright (c) Tie 2007
Salah satu kebiasaan buruk saya yang sampai kini saya coba terus untuk
saya perbaiki : terlalu fokus dengan kesenangan sendiri.
Yap! Tak jarang karena saking fokus atau asyik nya tenggelam dalam
suatu hal yang menurut saya sangat menarik, saya bisa melupakan
hal-hal lainnya yang beberapa tak kalah urgent untuk segera
dikerjakan. Hal itu tak jarang pula membuat saya merasa stuck! Berada
di posisi sulit yang saya buat sendiri.
Contohnya, dulu waktu pertamakali Papa pasang internet di rumah, saya
bisa tak sadarkan diri berjam-jam di depan PC. It was seem that
surfing was the only comfort zone of mine. Padahal saya masih punya
banyak hal yang diamanahkan pada saya. Tugas-tugas sekolah, bantuin
mama menyiapkan makan malam, mencuci piring, beresin kamar, dan lain
sebagainya. Pertama-tama orang tua sih maklum dengan reaksi berlebih
saya itu. Ya saya seneng banget akhirnya ada internet di rumah. Tapi
akhirnya, orang tua BT juga, hehe...
Pekerjaan-pekerjaan lain yang menurut hemat saya bisa ditunda, saya
tunda demi supaya saya online di comfort zone saya. Tapi tanpa saya
sadari saya telah menumpuk pekerjaan yang telah diamanah kan pada
saya, yang berarti juga
saya telah menempatkan diri saya dalam masalah.
Itu satu contoh ketika saya di SMU, contoh lain lagi adalah baru-baru
ini, ketika saya mendapatkan pekerjaan tak lama setelah saya diwisuda.
Saya fokus banget dengan pekerjaan saya, seolah-olah tidak ada waktu
untuk hal-hal lain, seperti nyantai bersama keluarga. Once again, I
lost myself at times. Saya memang belum begitu baik dalam me-manage
diri sendiri. But Im trying.
Karena kurang tidur dan istirahat, saya jadi sakit. Pada saat itulah
saya merasa saya tidak bisa menikmati hidup. Saya merindukan film-film
kartun favorit saya di RCTI, saya merindukan jalan-jalan malam minggu
bersama mama dan papa, saya merindukan tidur yang cukup. Cukup dalam
arti sebenarnya.
Masa-masa itu membuat saya berfikir. Saya harus bisa me-manage diri
saya lebih baik lagi. Me-manage waktu dengan lebih baik lagi. Apa yang
saya butuhkan? Niat untuk berubah. Itu saya sudah punya. Lalu?
Buku agenda! Yea buku agenda atau yang biasa saya sebut TP aka time
planner. Saya punya beberapa tetapi jarang sekali saya gunakan. Saya
membelinya karena keren atau lucu modelnya. Sudah saat nya saya
menggunakan TP itu sebagaimana mestinya.
Dan akhirnya, sampai sekarang TP menjadi bagian dari diri saya dan
penghuni tas saya. Ya walau kadang masih suka ada meleset nya juga,
but Im trying to change.
Saya jadi teringat kalau ini juga merupakan cara untuk menerapkan
tawazun atau keseimbangan sehingga semua kebutuhan terpenuhi, baik
dunia maupun akhirat.
Saya hanya tak mau menempatkan diri saya dalam kesusahan yang saya
buat sendiri. Dan saya pun tidak mau orang-orang yang saya cintai dan
telah mengamanahkan tugas pada saya, kecewa.
Kamu terbangun tiba-tiba dari tidurmu yang lelap karena mimpi buruk.
Entah apa itu mimpi buruknya yang pasti saking buruknya kamu gak mau
untuk mengingatnya lagi.
Peluh bercucuran dan nafasmu tidak teratur. Dalam kegelapan ruang
kamarmu kamu menoleh ke kanan dan ke kiri tanpa kamu tahu pasti apa
yang kamu cari. Tiba-tiba saja tatapan mu terhenti pada satu objek.
Matamu terbelakak dan jantung mu seolah berhenti berdetak.
Objek yang membuat tampangmu horor seperti itu adalah jam dinding. Ya,
jam dinding berbentuk bulat sempurna dan berwarna marun. Jarumnya
menunjukkan pukul lima lewat sedikit.
Setelah susah payah berusaha, akhirnya kamu dapat menelan ludah dan
perlahan, dengan suara yang bergetar tak percaya, kamu berkata
"Astagfirullahaladzim... S-sudah le..wat... wak, waktu s-s-sahur....nya...h..."
sniff...
- Menahan lisan untuk tidak membicarakan hal-hal yang tidak baik.... Kenapa harus dilakukan saat Ramadan saja?
- Belajar untuk bersabar dan tidak cepat emosian.... Kenapa harus dilakukan pada saat Rama
- Rajin baca Quran.... Kenapa harus dilakukan saat bulan Ramadan saja?
- dan saja?
- Belajar untuk ikhlas.... Kenapa harus dilakukan pada saat Ramadan saja?
- Tidak terlalu sering online.... Kenapa harus dilakukan pada saat Ramadan saja?
Ya, keenam (bisa lebih) poin di atas kenapa gencar banget kita lakukan pada saat Ramadan saja???
O Allah, I seek refuge in You from anxiety and grief, from inability and laziness, from avarice and cowardice, from being engrossed by debt and from being overpowered by men
Helew, helew... It's been along time I didn't post here hehe...
Everything was going okay, alhamdulillah I can meet Ramadan again..
The Holy month.. Ramadan mubarak everyone!
Enuf for today (watta short entry, ah? ) I'll come again late at night
tonight or tomorrow, inshaAllah :)